BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah
Pemetaan dan Pengukuran Indonesia
dimulai sejak pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1809 waktu dibawah
pemerintahan Gubernur Jendral Daenfels. Dengan demikian sejarah pemetaan
Topografi menceritakan informasi awal mula pemetaan dimulai pada tahun 1849 yang meliputi
sebagian daerah Jawa dengan kedar 1:50.000 yang dilakukan oleh Topografisch
Bureau.
Hakekatnya sejarah ini dibuat untuk
memberikan sekilas uraian tentang awal mula berdirinya Topografi TNI-AD dan
gambaran sebagian latar belakang peristiwa pemetaan di jaman sebelum Indonesia
merdeka saat masa penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang sampai dengan
sekarang.
Sejarah
pemetaan Topografi TNI-AD Kodam IX/Udayana juga
memberikan gambaran bagaimana awal mula pemetaan dan pengukuran
Topografi pada masa penjajahan Jepang
sampai dengan sekarang sehingga pemetaan Topografi berguna bagi kepentingan
Militer dan kepentingan pembangunan di daerah Kodam IX/Udayana dan kedaulatan negara pada umumnya.
BAB II
SEKITAR
PEMBENTUKAN
1. Latar
Belakang Pembentukan.
Sejarah
Topografi pada masa penjajahan Belanda.
Untuk mengisi kebutuhan dalam Organisasi Biro Zeni dalam gerakan-gerakan Militer maka pada tahun 1809
diangkatlah para juru ukur dan diambil sumpahnya. Semua pejabat Militer dan
sipil mendapat instruksi untuk mengadakan pengukuran dan pemetaan, terutama
pada Perwira Zeni diberi tugas pengukuran dan waterpassing dengan memakai
peta-peta laut yang terbaik sebagai dasar.
Setelah perang Diponegoro tahun 1830 timbul kebutuhan yang meningkat akan
kebutuhan Geografi dan Topografi untuk pembuatan Peta pertahanan Pulau Jawa.
Pada tahun 1839 sampai dengan tahun 1848 dibuatlah tugu-tugu Triangulasi di
Indonesia oleh Junghuhn, yang dijadikan dasar untuk pengukuran pemetaan di
Pulau Jawa. Dari hasil pengukuran tersebut Junghuhn dapat membuat tiga peta
sekala 1:177 s/d 750,2, 1:350.000 dan tiga peta sekala 1:1.000.000. Peta-peta
tersebut tidak pernah dicetak, karena disusul oleh peta-peta buatan Vander
Welde tahun 1845 sekala 1:70.000. dan buatan Leclerq tahun 1850 sekala
1:100.000.
Pemetaan
Topografi pertama kali dimulai didaerah Residensi Batavia pada tahun 1849 s.d.
1853. Pengukurannya dengan sekala 1:10.000. dan kemudian diperkecil
penggambarannya dalam sekala 1:50.000. dilakukan oleh Topografisch Bureau
bagian dari Corps Genie..Pemetaan diperluas sampai ke Karesidenan Cirebon,
pemetaan tersebut bukan hanya untuk kepentingan Militer,namun juga untuk
kepentingan Jawatan Sipil. Maka sejak tahun 1853 diputuskan bahwa pemetaan
Topografi daerah Cirebon dianggap sebagai dasar berdirinya Militaire
Verkenningen (Penyuluhan Militer).
Sejarah Topografi pada masa
penjajahan Jepang.
Pada tanggal 11 Januari 1942 Jepang telah mendarat di Kalimantan dan
Sulawesi dan pada tanggal 1 Maret 1942 melancarkan serangan ke P.Jawa yang
merupakan tempat inti pertahanan dan kekuatan Hindia Belanda pada masa itu dan
disusul dengan menyerahnya Pemerintahan Hindia Belanda tanpa syarat kepada bala
tentara Jepang pada tanggal 12 Januari 1942, secara umum tentara Jepang
berhasil mengusir kekuatan sekutu dari wilayah Indonesia. Dengan demikian
kekuatan Hindia Belanda di Indonesia beralih ke tangan tentara pendudukan
Jepang.
Topografisch Dienst KNIL yang kantor pusat dan perlengkapannya berada di
Jakarta, pada waktu mobilisasi Perang Dunia ke II dipindah ke Bandung dan
ditempatkan digedung sekolah Van Deventer jalan Van Deventer Nomor 8-10-12 dan
digedung ELS, untuk Biro Fotogrametri di jalan Sumatra Bandung (sekarang SMPN).
Sedangkan di Bandung sendiri telah ada cabang Topografi di jalan Bangka
Nomor 2 Bandung. Kemudian Gedung dan Kegiatan/pekerjaan yang dilakukan oleh
bagian Triangulasi yang dipimpin oleh Bapak Ir.Sutomo Wongsotjitro pada masa
itu yaitu meliputi :
Meneruskan menghitung Titik Triangulasi jenis T (Tersier) dari daerah luar
Jawa dan memasukkan Koordinat-koordinatnya dalam daftar. Menggambar
peta-peta Triangulasi.
Mengukur
ulang titik-titik T yang dianggap tidak teliti didaerah Priangan Selatan dan
Malang Selatan.
Menghitung tinggi panjang waterpas yang diukur danmenghitung kembali titik
T yang diukur ulang.
Pada saat itu Ir.Soetomo Wongsotjitro adalah merupakan satu-satunya putra
Bangsa Indonesia yang menjadi pegawai tinggi bekerja pada Sokuryo Kyoku dan
kemudian diadakan pendidikan Topografi yang siswanya diambil dari lulusan SD
dan SMP. Yang dididik 12 orang siswa untuk tingkat menengah atas dan 12 orang
siswa untuk tingkat Menengah Pertama.
2. Pemrakarsa.
Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Pemerintah Nomor 12 tanggal 25 Pebruari tahun 1864, semua
pengukuran Topografis yang semula dikerjakan oleh Genie diletakan dibawah Chef
van het Topografisch Bereau en de Militaire Verkenningan (Kepala Biro Topografi
dan Penyuluhan Militer).
Pada tahun 1873 dikeluarkan Surat Keputusan Pemerintah
Nomor 74 tanggal 16 Agustus 1873 tentang dibentuknya Staf Umum Angkatan
Darat,dibawah Generale Staf tersebut diletakan Biro Topografi dan penyuluhan
Militer beserta unsur-unsurnya.
Kemudian pada tahun 1874 dikeluarkan Surat Keputusan Pemerintah Nomor 2
tanggal 7 April 1874 tentang perubahan nama dari Biro Topografi dan Penyuluhan
Militer menjadi Dinas Topografi (Topografisch Dienst) langsung berada dibawah
Departemen van Oorlog, sebagai pengawas umum dan pimpinan ditunjuk Kepala Staf
Angkatan Darat menggantikan Direktur Zeni sebagai pejabat lama.
Dinas
Topografi pada zaman Belanda telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan
baik dalam bidang teknis maupun personel diantaranya adalah
Pada masa periode
tahun 1888 sampai dengan tahun 1897 telah terjadi :
Penyempurnaan teknik pengukuran dan pemetaan.
Penggantian
proyeksi Bonne dengan proyeksi Polieder.
Penyelenggaraan pendidikan Topografi bagi
bangsa Indonesia.
Didirikannya
Brigade Pendidikan sebagai dasar pendidikan terpusat bagi pegawai Topografi.
Pada
tahun 1905 pekerjaan pengukuran untuk Pajak Bumi diambil alih oleh Dinas Topografi dari
Dinas Kadaster.
Pada
tahun 1906 dibentuk Permanente Council van de Kaarterings en opnemings
werkzaamheden yang mengawasi secara terpusat pekerjaan pengukuran dan pemetaan.
Pada tahun 1907 Topografisch Dienst berdiri sendiri yang berkantor pusat di
jalan Gunung Sahari No 90 Batavia (Jakarta sekarang).
Pada tahun 1922 dibentuk bagian Kartografi yang dipimpin oleh seorang
Geograf. Dengan adanya bagian tersebut, maka penyusunan peta-peta schets
(bagan) dan peta-peta ikhtisar berdasarkan bahan-bahan keterangan dari berbagai
sumber dapat dilakukan secara ilmiah dan sistimatis.
Pada tahun 1930 telah dikeluarkan Surat Keputusan Pemerintah Nomor 43
tanggal 22 Juli 1930 tentang bagian Reproduksi diperkenankan untuk mencetak
bahan-bahan lain selain peta.
Pada tahun 1937 telah didirikan Brigade Fotogrametri yang
resmi dimasukkan dalam Dinas Topografi.
Pada tahun 1942 berakhirlah masa penjajahan Belanda di wilayah Republik Indonesia,maka
secara menyeluruh Dinas Topografi pada masa itu telah lengkap dan efektif,
namun tidak seorangpun putra Bangsa Indonesia yang diberi kesempatan maju untuk
menduduki tempat ataupun jabatan yang lebih tinggi dari mantri ukur kepala.
Kegiatan/pekerjaan yang dilakukan oleh bagian Triangulasi yang dipimpin
oleh Bapak Ir.Sutomo Wongsotjitro pada masa itu yaitu meliputi :
Meneruskan menghitung Titik Triangulasi jenis T (Tersier) dari daerah luar
Jawa dan memasukkan Koordinat-koordinatnya dalam daftar.Menggambar
peta-peta Triangulasi.Mengukur ulang titik-titik T yang dianggap tidak teliti didaerah Priangan Selatan dan Malang Selatan.
Menghitung tinggi
panjang waterpas yang diukur danmenghitung
kembali titik T yang diukur ulang.
Pada saat itu Ir.Soetomo Wongsotjitro adalah merupakan satu-satunya putra
Bangsa Indonesia yang menjadi pegawai tinggi bekerja pada Sokuryo Kyoku dan
kemudian diadakan pendidikan Topografi yang siswanya diambil dari lulusan SD
dan SMP. Yang dididik 12 orang siswa untuk tingkat menengah atas dan 12 orang
siswa untuk tingkat Menengah Pertama.
3. Proses
Pembentukan.
Pada
masa Penjajahan Belanda.
Pada
abad ke 18 masa pemerintahan Jendral Dandels untuk yang pertama kalinya
dilaksanakan pengukuran di Pulau Jawa. Kemudian pada abad ke 19 Junghunh
merupakan orang yang pertama kali membuat Tugu Triangulasi di wilayah Indonesia
dari tahun 1829 sampai dengan tahun 1848,yang dijadikan sebagai dasar
pengukuran dan pemetaan di Pulau Jawa. Kegiatan tersebut berlangsung hingga
dilaksanakannya pengukuran dan pemetaan detail daerah Batavia (Jakarta) dan
Buitenzong (Bogor).
Pemerintah Hindia
Belanda membentuk Biro Topografi sendiri,maka dengan Surat Keputusan Pemerintah
Hindia Belanda tanggal 25 Pebruari 1864 Nomor 12, semua pengukuran dan pemetaan
Topografi yang semula dikerjakan oleh Top Bereau Corp Genie berubah menjadi
dibawah Chef Van Het Topografiach Bereau en de Militaire Verkeningen(Kepala
Biro Topografi dan Penyuluhan Militer). Perubahan yang paling mendasar adalah
dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Pemerintah Nomor 74 tanggal 16 Agustus
1873 tentang pembentukan Staf Umum Angkatan Darat yang membawahi Biro Topografi
dan penyuluhan Militer (Topografisch Bereau en de Militaire Verkenningan).
Tugas pokok Biro Topografi ini adalah menjaga kelestarian peta Topografi dengan
jalan mengadakan pengukuran untuk pembaharuan peta pada jangka waktu tertentu
dan juga melaksanakan pengukuran tanah milik pribumi/asing untuk kepentingan
inventarisasi tanah dan perpajakan.
Badan tersebut berubah
lagi menjadi Dinas Topografi (Topografische Dients) dibawah departemen van
oorlog KNIL dengan Surat Keputusan pemerintah Nomor 2 tanggal 7 April 1874,
dengan kantor pusat berkedudukan di jalan Gunung Sahari Nomor 90 Batavia
(Jakarta). Dalam kurun waktu tahun 1874 sampai dengan tahun 1937, Dinas
Topografi mulai dilengkapi dengan
bagian Kartografi th 1922, bagian Reproduksi th 1937 menjadi satu atap
dalam dinas Topografi Angkatan Darat.
Sampai
berakhirnya masa penjajahan Belanda tahun 1942, maka secara menyeluruh Dinas
Topografi pada masa itu telah lengkap dan efektif,tetapi tidak seorangpun putra
Indonesia yang diberi kesempatan untuk menduduki tempat
ataupun
jabatan yang lebih tinggi dari Mantri Ukur Kepala. Setelah Belanda diduduki
Jerman,maka pemerintah Hindia Belanda mendidik putra putri Indonesia menjadi
Sersan Topografi diantaranya Sersan Soenaryo,Sersan Soetikno dan Sersan
Soeradi.
Dinas
Topografi Denpasar sesuai dengan kewenangan dan kemampuan yang dimiliki pada
waktu itu melaksanakan pengukuran Pajak Hasil Bumi (PHB) terbatas pada bidang
pengukurannya saja, sedang administrasinya tetap dibawah Dinas Pajak Hasil
Bumi. Pengukuran tersebut dilaksanakan di Pulau Bali dan Pulau Lombok. Pejabat
Kepala Dinas Topografi Denpasar antara lain Dertisch dan Smith warga negara
Belanda.
Pada masa Penjajahan Jepang. Pada bulan Juli tahun 1942 Jepang berhasil
mengusir kekuatan sekutu dari bumi Indonesia, dengan demikian seluruh kekuatan
Hindia Belanda beralih ketangan pendudukan Jepang termasuk Dinas Topografi
Angkatan Darat. Jepang memindahkan kantor pusat Dinas Topografi ke Bandung dan
namanya diganti menjadi Sokuryo Kyoku yang berarti Kantor Pengukuran. Untuk
kepentingan Militer, Kantor Pengukuran Denpasar pada masa pendudukan Jepang
melakukan kegiatan pembuatan peta Topografi dengan cara menyalin
atau
mengkopilasi peta-peta Minutplan hasil pengukuran Pajak Hasil Bumi. Pejabat
Kepala pada waktu ialah I Gusti Ketut Regug
Periode Revolusi Fisik
(1945 s.d. 1950). Pada masa awal Kemerdekaan RI usaha penguasaan
instansi-instansi sipil dan Militer dari tangan Jepang dilakukan oleh para
pejuang secara serentak ataupun satu demi satu. Kantor Pengukuran Pusat di
Bandungpun tidak luput dari usaha ini dimana pada tanggal 28 September 1945
sekelompok pegawai dan para pemuda
Topografi berusaha merebut dan mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang,
sehingga secara de facto lahirlah Jawatan Topografi Indonesia pertama di Bumi
Parahiyangan.
Pada periode revolusi
fisik di Indonesia terdapat dua daerah kekuasaan, yaitu daerah kekuasaan RI dan
daerah kekuasaan Belanda, pemerintah RI sendiri mempunyai Jawatan Topografi RI
dibawah Departemen Kehakiman RI. Sedangkan Belanda mempunyai Topografische
Dienst KNIL yang mencakup sebagian besar Negara Indonesia Timur, termasuk Bali
dan Nusa Tenggara. Pada tahun 1948 sampai dengan tahun 1949 Dinas Topografi
KNIL Denpasar terlibat
dalam pengukuran Pajak Hasil Bumi daerah-daerah Swapraja
Bangli,Klungkung dan Karangasem di Bali.
Kemudian
Pihak Pemerintah Republik Indonesia mengalihkan Jawatan Topografi dari
Departemen Kehakiman ke dalam lingkungan Departemen Pertahanan dengan Ketetapan
Pemerintah RI Nomor:8/AD/1946 tanggal 26 April 1946 yang sampai dengan saat ini
dijadikan sebagai HariJadi Corps Topografi TNI-AD Jawatan Topografi, terhitung
mulai tanggal 1 Mei 1946 dipimpin oleh seorang Ir.Soetomo Wongsotjitro sebagai
Inspektur dengan pangkat Mayor TNI-AD.
4. Kondisi Awal.
Periode tahun 1950 sampai dengan
tahun 1965. Setelah kedaulatan atas
bekas jajahan Hindia Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia pada tahun
1949, maka dilakukanlah penggabungan Topografiche Dients KNIL kedalam
Inspektorat Topografi Republik Indonesia menjadi badan baru yang bernama
Jawatan Topografi Republik Indonesia Serikat. Selanjutnya badan tersebut
menjadi Jawatan Topografi Angkatan Darat (Jantopad).
Pada bulan Mei dan juni 1950 secara hampir
serempak dilakukan penyerahan de facto dan de jure kekuasaan Topografische
Dienst KNIL kepada Jawatan Topografi
diseluruh Wilayah Republik Indonesia
diantaranya termasuk Kantor Daerah Jawatan
Topografi Denpasar sesuai dengan Perintah Kepala Jawatan Topografi, maka
perwira Angkatan Darat Indonesia Serikat yang mewakili Jawatan Topografi untuk
menerima penyerahan Zelfstanding Landrete Detacement van Bali en Lombok dari
Kepala Bagian
Topografische
Dienst KNIL Denpasar adalah Letnan Dua Abu Bakar.
Jawatan
Topografi Denpasar dirubah namanya menjadi wilayah Detasemen Pengukuran
Terrestris Sunda kecil meliputi wilayah Bali dan Lombok hingga tahun 1953,
kemudian dirubah lagi menjadi Detasemen Pengukuran Terrestris Nusa Tenggara,
wilayah yang menjadi tanggung jawabnya diperluas hingga Kupang di Pulau Timor
pada tahun 1969, nama Detasemen Pengukuran
Terrestris
Nusa Tenggara diganti menjadi Biro III Topografi Antar Daerah Indonesia Timur
(Top Andait), Struktur Organisasinya masih sangat sederhana dengan lingkup
tugas dan kegiatan yang semakin luas seperti sebagai berikut :
Struktur
Organisasi.
Unsur
Pimpinan disebut Kepala.
Unsur
Pembantu Pimpinan terdiri dari:
Pengatur
Ukur.
Pengatur Gambar.
Unsur Pelayanan Pimpinan terdiri dari:
Tata
Usaha
Urusan
Dalam.
Unsur
Pelaksana terdiri dari:
Juru
Ukur.
Juru
Gambar.
Kegiatan yang telah dilaksanakan yaitu:
Pada tahun 1950 sampai dengan 1959 melaksanakan pengukuran Pajak Hasil Bumi.
Pada tahun 1959 sampai dengan 1965 Melaksanakan pengukuran Pajak Hasil Bumi
yang volumenya makin menurun,karena adanya pemberontakan Gerakan 30 September
1965 yang dinamakan dengan G.30.S / PKI.
Tugas
Pokok Lain.
Melaksanakan pengukuran Pajak Hasil Bumi diwilayah Pulau Bali, Pulau Lombok
dan Pulau Sumbawa.
Melaksanakan
Herzein/pembaharuan peta Topografi sekala 1:50.000 di wilayah Pulau Bali dan
Pulau Lombok.
Melaksanakan
penataran bagi pegawainya dan mengirimkan beberapa pegawainya untuk mengikuti
pendidikan pengukuran Topografi di Surakarta dalam rangka menghadapi peralihan
tugas dari pekerjaan pengukuran Pajak Hasil Bumi ke pekerjaan
pengukuran/pembuatan peta Topografi.
Materiil
yang digunakan pada saat itu masih sangat
sederhana dan terbatas diantaranya yaitu:
Alat
Theodolite,Water Pass,Pantograf,Planimetri,Rigit Graver,Swivel
Graver,Kompas,Teropong dan alat bantu lainnya.
Foto Kantor di Jl Hayam Wuruk Denpasar.
Th
1950 s/d 1995
BAB
III
PERKEMBANGAN ORGANISASI
5. Pimpinan.
Para Pejabat Katopdam IX/Udayana Periode
Pasca Proklamasi RI s.d. sekarang
1. Letnan Dua Abu Bakar (
1950 – 1951 )
2. Letnan Dua Djasa ( 1951 – 1952 )
3. Letnan Dua
Noto Subyanto ( 1952 – 1954 )
4. Pegawai
Menengah M Martowiredjo ( 1954 – 1957 )
5. Letnan Satu Tituler Djarkasi ( 1957 – 1966 )
6. Kapten Tituler
Sapar ( 1966 – 1969 )
7. Kapten Tituler Husni Tumiran ( 1969 – 1975 )
8. Mayor Ctp Sidi
Adianto, BA ( 1975 – 1979 )
9. Letnan Kolonel
Ctp Drs. Ebo Kusba ( 1979 – 1983 )
10. Letnan Kolonel Ctp Ir. Soetrisno Hadiyono ( 1983 – 1987 )
11. Letnan Kolonel Ctp Asyono Rianto, BA ( 1987 – 1992 )
12. Letnan Kolonel Ctp Miftah Rozi ( 1992 – 1995 )
13. Letnan Kolonel Ctp
Sutrisno ( 1995 – 1997 )
14.
Letnan Kolonel Ctp Suhartono (
1997 – 1999 )
15. Letnan Kolonel Ctp
Yayan Sulyana ( 1999 – 2003 )
16. Letnan Kolonel Ctp
Ir.Sunarto,MSi ( 2003 – 2005 )
17. Letnan Kolonel Ctp
Drs. IBP Siwagatha ( 2005 – 2009 )
18.
Letnan Kolonel Ctp Drs. Suwarno (
2009 – 2010 )
19.
Kolonel Ctp Anhar, SM (2010 – s/d sekarang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar